Thursday, June 27, 2013

Ditemukan kerangka nenek moyang gajah berusia 10.000 tahun


Tim arkeologi di Aceh Tengah menemukan kerangka diduga nenek moyang gajah yang diperkirakan berusia 10.000 tahun di komplek situs kepurbakalaan Loyang Mendale, Kabupaten Aceh Tengah.

"Tim peneliti telah menemukan sisa kerangka hewan vertebrata yang diduga jenis gajah berusia sekitar 10.000 tahun," kata pejabat kehumasan Aceh Tengah, Mustafa Kamal, di Takengon, Senin.

Tim dari Balai Arkeologi Medan yang telah melakukan penggalian di komplek kepurbakalaan Loyang Mendale Aceh Tengah.

Mengutip pernyataan Ketua Tim Peneliti, Ketut Wiradnyana, temuan itu berada pada satu lubang penggalian dan juga menemukan kerangka manusia prasejarah yang diperkirakan berusia 7.525 tahun.

Kerangka nenek moyang gajah itu tidak dirinci kelengkapannya kecuali berada pada satu lubang situs penggalian. Walau begitu, kerangka gajah purba itu bukan fokus penelitian mereka. (sumber : ANTARA News)

Wednesday, June 26, 2013

Penemuan Reptil Raksasa yang Hidup 250 Juta Tahun Lalu


Ilmuwan merekonstruksi bagian kepala reptil pemakan tumbuhan yang diyakini pernah hidup 250 juta tahun lalu. Berukuran sebesar sapi modern saat ini, hewan tersebut pernah berkeliaran di gurun kuno Eropa, Asia dan Afrika.

Dilansir Latimes, Selasa (25/6/2013), pareiasaur Bunostegos merupakan reptil raksasa yang pernah hidup di Bumi lebih dari 250 juta tahun lalu. Hewan masa lampau ini hidup di era Permian, di mana ketika itu Bumi masih memiliki benua besar yang dinamakan Pangea.

Lima puluh juta tahun sebelum Bumi dihuni dinosaurus berbadan besar, Bunostegos diyakini telah muncul dan tinggal di dekat pohon pinus. Hewan purba ini juga hidup berdampingan dengan amfibi seperti salamander raksasa dan reptil kecil.

Benjolan bulat di kepala Bunostegos dalam gambar 3D, mengungkap bahwa benjolan tersebut bukanlah kutil. Akan tetapi, benjolan-benjolan ini ciri khas dari tengkorak hewan yang mungkin terlapisi dalam kulit bersisik atau kulit reptil.

"Setiap jenis pareiasaur memiliki benjolan di tempat yang sama, tetapi bentuk dan derajat benjolannya berbeda," kata Linda Tsuji dari University of Washington. Tuji berpikir bahwa gundukan membantu pareiasaurs untuk dapat saling mengenali satu sama lain.

Fosil Bunostegos telah ditemukan di dekat khatulistiwa, yakni wilayah Niger di Afrika. Ketika reptil besar ini masih hidup, iklim di sana sangat kering. Hujan lebat kabarnya hanya terjadi dalam satu kali musim per tahun.

Meskipun demikian, Tsuji meyakini bahwa hujan tahunan tersebut cukup untuk mendukung kehidupan tanaman dan herbivora besar seperti Bunostegos untuk dapat bertahan hidup. Hanya saja, di area tertentu kemungkinan besar daerah tersebut tidak layak sebagai tempat hidup hewan. Sehingga, hewan ini terjebak dalam kandang iklim dan berujung pada kepunahan. (sumber : techno.okezone.com)

Penemuan Makhluk Purba Aneh Mirip Rokok Berusia 520 Juta Tahun


Sekira 520 juta tahun lalu, Bumi merupakan rumah bagi makhluk hidup dengan berbagai ukuran maupun bentuk. Peneliti mengungkapkan temuan mereka yang menunjukkan spesies anehberusia ratusan juta tahun lalu dengan bentuk menyerupai rokok.

Dilansir Softpedia, Rabu (26/5/2013), fosil spesies ini ditemukan di Maroko pada 2012. Dalam sebuah laporan terbaru yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the Royal Society B, terungkap fosil hewan aneh tersebut merupakan Echinodermata (filum hewan laut yang mencakup bintang laut serta Teripang) primitif.

Ilmuwan menduga bahwa hewan kuno ini dapat berubah bentuk dalam keadaan tertentu. Mereka mengatakan bahwa hewan ini bisa memperluas bentuk tubuhnya atau menyusut.

Setiap kali melakukannya, makhluk itu juga mengubah panjang tubuhnya. "Ini adalah binatang berbentuk cerutu," ungkap peneliti Andrew Smith. Ia mengatakan, terkadang hewan ini bisa menjadi pendek dan gemuk serta mampu merubah dirinya menjadi panjang dan tipis.

Setiap kali memilih untuk menjadi langsing, makhluk itu bisa memiliki ukuran panjang 1,6 inci (4 centimeter). Echinodermata berhasil mengubah bentuk tubuhnya dengan bantuan lima ambulacra (area permukaan yang mampu memancar).

"Ini memiliki karakteristik yang menempatkannya sebagai Echinodermata paling primitif yang memiliki simetri lima kali lipat," ungkap Andrew Smith. (sumber : techno.okezone.com)

Tuesday, June 25, 2013

Homo Wajakensis/Homo Sapiens

Fosil-fosil manusia jenis homo juga ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889. tempat penemuannya di desa wajak, dekat tulungagung, jawa timur. diberi nama Homo Wajakensis, yang berarti Manusia dari Wajak. tingkatannya lebih tinggi dari pada Pithecanthropus Erectus. di antar manusia purba yang terdapat di indonesia,Homo Wajakensis inilah yang termaju dan terakhir. Homo Wjakensis ini termasuk jenis Homo Sapiens. Homo Wajakensis (Homo Sapiens) sebagian besar bertempat tinggal di Indonesia bagian barat, sebagian lagi bertempat tinggal di Indonesia bagian timur. Homo Wajakensis (Homo Sapiens) yang bertempat tinggal di Indonesia bagian barat termasuk ras Mongoloid, subras Melayu-Indonesia. sedangkan Homo Wajakensis yang bertempa tinggal di Indonesia bagian timur termasuk ras Austromelanesoid.
Homo Wajakensis mulai tinggal di indonesia sekitar 40.000 tahun yang lalu. penemuan Homo Wajakensis ini sangat penting. sebab, penemuan ini membuktikan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu indonesia sudah didiami oleh manusia jenis Homo Sapiens.

Thursday, June 20, 2013

Replika Dinosaurus Hadir di Indonesia


Pengetahuan dinosaurus selama ini banyak diperoleh kalangan penikmat sains dari buku saja. Jika bosan, sempatkan kunjungan bersama putra-putri Anda ke wahana dinosaurus di Pusat Peragaan Iptek Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.

Pada wahana yang telah diresmikan Menristek, Gusti Muhammad Hatta, hari ini, 20 Juni 2013, dinosaurus "hidup" dipajang dan bisa dilihat dari jarak dekat.

Jenis Tyranosaurus, atau dikenal dengan panggilan T-Rex, mempunyai tinggi 3,5 meter dan panjang tujuh meter salah satunya.

Replika dinosaururs ini dapat bergerak ke kanan dan kiri, kepala dapat menengok, mulut terbuka dan tertutup, bersuara, mata berkedip layaknya hewan yang masih hidup. 

"Dengan alat pegara yang 'hidup' ini, pengunjung akan lebih mudah mempelajarinya. Kalau hanya membaca, pengetahuan tentang dinosaurus bisa cepat lupa," ujar Gusti, saat ditemui usai peresmian wahana.

Dinosaurus itu berbasis mekatronik (mekanik-elektronik). Perpaduan sistem itu dapat bekerja secara otomatis, sehingga dapat berinteraksi dengan pengunjung melalui sensor suara dan sensor keberadaan pengunjung. Alat peraga itu juga dilengkapi dengan sistem audio.

"Alat peraga ini buatan mahasiswa kita, cuma memang bahan materialnya diimpor dari luar negeri," jelas Gusti.

Selain Tyranosurus, wahana ini juga dilengkapi Taman Jurassic yang merupakan fasilitas pendukung alat peraga. Dalam taman itu, terdapat tanaman prasejarah antara lain pohon besar Bjuvia simplex, Temskya sp; jenis pohon kecil Asteroxylon mackei.

Direktur Pusat Peragaan Iptek Kemenristek, Ari Hendrarto Saleh mengatakan akan segera menambah enam ikon peraga baru pada wahana ini, di antaranya Triceratops (dinosaurus bertanduk tiga) dan Megalana (nenek moyang komodo), kadal raksasa pemakan daging.

"Sebagai pendukung, kami juga akan menambahkan alat peraga pada wahana perubahan iklim, pandemi influensa, energi terbarukan, roket, dan pesawat mata-mata," kata Ari. 

Secara total, dalam Pusat Peragaan Iptek terdapat 370 alat peraga yang tersebar di 18 wahana. Pihak Microsoft dikabarkan juga siap berkontribusi memberikan fasilitas audio visual seputar perkembangan ilmu pengetahuan. (sumber : VIVAnews )

Monday, June 17, 2013

Homo Soloensis

pada tahun 1931 - 1934 ahli-ahli purbakala bernama Ter Haar dan Ir. Opponoorth menemukan fosil-fosil manusia di lembah Bengawan Solo. letaknya didekat desa Ngandong, kabupaten Blora. fosil-fosil tersebut diteliti oleh Von Koeningswald. makhluk itu ternyata lebih tinggi tingkatannya dari pada pithecanthropus Erectus. makhluk itu dinamakan Homo Soloensis, artinyamanusia dari Solo

Pithecanthropus Erectus

pada tahun 1890 seorang ahli purbakala bernama Eugene Deboismenemukan fosil manusia di dekat desa trinil. desa tersebut terletak dikabupaten Ngawi, Jawa Timur. setelah fosil-fosil itu diteliti dan direkonstruksi atau dihubung-hubungkan kembali, terbentuklah sebuah kerangka manusia yang mirip kera. oleh karena itu, manusia tersebut dinamakan Pithecanthropus Erectus, yang berarti manusiakera yang berjalan tegak.
dibandingkan dengan Pithekanthropus Mojokertensis, bentuk tubuh Pithecanthropus Erectus lebih maju.

Sunday, June 16, 2013

Meganthropus Palaeojavanicus


Von Koenigswald juga mengadakan penggalian fosil-fosil manusia ditempat lain. pada tahun 1941 ia dapat menemukan fosil-fosil manusia di Sangiran, daerah surakarta. setelah diteliti, ternyata bahwa manusia itu bertubuh besar, tetapi tidak seberapa tinggi. oleh karena itu, manusia itu dinamakan Meganthropus Palaeojavanicus. megan artinya besar.

para pakar purbakala berpendapat, bahwa Meganthropus palaeojavanicus hidup sezaman dengan Pithecantropus Mojokertensis. makhluk ini termasuk jenis Pithecanthropus. namun, tingkat kehidupannya lebih primitif.

Pithecantropus Mojokertensis


pada tahun 1936 dua orang pakar purbakala bernama Duyfjes dan Von Koenigswald mengadakan penyelidikan di Perning (Kabupaten Mojokerto). mereka dapat menemukan fosil-fosil tengkorak manusia purba. fosil tersebut berwujud tengkorak anak berusia sekitar 6 tahun. setelah diteliti lebih lanjut, ternyata bahwa tengkorak tersebut berusia sekitar 1,9 juta tahun. manusia purba hasil penemuan dua orang pakar tersebut kemudian dinamakan Pithecantropus Mojokertensis.

penemuan ini sangat penting. sebab, fosil-fosil tersebut merupakan bukti tentang manusia purba tertua di Indonesia.

padatahun 1938 dua oran pakar bernama De Terra dan Movius mengadakan penyelidikan ulang. mereka memperkuat pendapat, bahwa Pithecanthropus Mojokertensis adalah manusia purba tertua di Indonesia.

Dapur Sampah (Kjokkenmoddinger)


makanan manusia purba terdiri atas buah-buahan dan hewan, antara lain kerang. kulit kerang dibuang ditempat-tempat tertentu. tempat pembuangan kulit kerang oleh para pakar ilmu purbakala dinamakan dapur sampah atau kjokkenmoddinger. di dapur sampah yang berujud bukit kerang kadang-kadang ditemukan bekas alat-alat manusia purba yang ikut terbuang. bukit kerang semacam itu antara lain ditemukan di Medan (Sumatera Utara) dan Langsa (Aceh).

Tempat Perlindungan Di Bawah Karang (Abris Sous Roches)


tempat perlindungan di bawah karang berbentuk gua. tempat semacam itu merupakan perkampungan manusia purba yang hanya ditempati sementara waktu. gua karang tempat perlindungan manusia purba oleh para pakar ilmu purbakala dinamakan abris sous roches. disitu ditemukan bekas alat-alat dari batu, tulang, tanduk, dan kerang, abris sous roches antara lain ditemukan di Teluk Triton (Papua), Pulau Seram (Maluku), dan Sulawesi Selatan.

Pengertian Fosil


fosil adalah sisa tumbuh-tumbuhan, hewan, dan bagian tubuh manusia yang telah membatu. jadi, ada fosil tumbuh-tumbuhan, fosil hewan, dan fosil manusia. fosil dapat memberi petunjuk tentang kehidupan manusia pada zaman purba. oleh karena itu, fosil semacam itu disebut fosil pandu.

Wednesday, June 12, 2013

Monumen Misterius Berusia 6000 Tahun


GALILEA – Tim peneliti dari Tel Aviv University (TAU), Israel, baru-baru ini menemukan sebuah monumen misterius di dasar Danau Galilea. Tak hanya itu, peneliti juga menemukan struktur situs kuno di lokasi yang sama.

Monumen berbentuk kerucut setinggi 230 meter dengan diameter 39 meter dan berat 60 ribu ton ini diduga sudah berumur 6.000 tahun. Pakar geofisika Shmulik Marco mengatakan, struktur kokoh monumen ini awalnya berdiri di atas lahan kering yang kemudian tenggelam hingga dasar danau.

Ia sendiri terkesan dengan struktur monumen yang terbentuk dari kerikil alluvium yang mungkin dibawa dari lokasi yang cukup jauh khusus untuk pembangunan tersebut. Kemungkinan besar monumen misterius ini dibangun pada awal Zaman Perunggu. Demikian seperti dilansirScienceDaily, Rabu (12/6/2013).

Saat tim menelaah lebih dalam dengan menggunakan teknologi sonar untuk melakukan survei ke dasar danau, mereka menemukan tumpukan batu-batu besar di tengah cekungan halus. Untuk itu, peneliti juga melakukan perburuan artefak agar mendapatkan petunjuk tentang tujuan pembangunan monumen.

“Dulu disini merupakan lahan kering, tetapi kami memperkirakan letaknya lebih rendah daripada permukaan air yang kita sebut sebagai Laut Galilea kuno. Tapi ini bukan berarti tingkat air meningkat terus menerus dari waktu ke waktu,” ujar Marco.

Danau Galilea merupakan daerah tektonik aktif dan besar, yang kemungkinan struktur dasar danau telah mengalami pergeseran. Sehingga menyebabkan tingkat air bisa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. (sumber : okezone.com)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...